INFAQ FISABILILLAH

1.A. KEUTAMAAN-KEUTAMAAN INFAQ
Shadaqah nafilah termasuk amal ibadah yang memberikan masukkan besar bagi pelakunya, bahkan batasan jumlah pahala tersebut tidak terhingga dan hanya Allah-lah yang mengetahuinya.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (al-Baqarah:261)
Allah akan menggantikan harta yang dishadaqahkan, memberkahinya dan menambahkan karunia-Nya. (QS. 34:39)
“… dan barang apa yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantikan harta yang dishadaqahkan, memberkahinya dan menambahkan karunia-Nya”. (Saba’34:39)
Keutamaan bershadaqah nafilah bahwa ia mampu melepaskan seorang mu’min dari sifat kikir dan melatih tumbuhnya sifat berkorban, suka berinfaq dan itsar (mementingkan orang lain)
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang-orang muhajirin) dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Hasyr 59:9)
Keutamaan Sedekah
“Bersedekahlah walaupun dengan sebutir kurma, karena hal itu dapat menutup dari kelaparan dan dapat memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api” (HR. Ibnul Mubarok dari hadits Ikrimah)

“Jagalah kamu dari neraka walaupun dengan separoh kurma. Jika kamu tidak mendapatkannya, maka dengan kata-kata yang baik.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Adi bin Hakim)
“Tidak seorang hambapun bersedekah dengan suatu sedekah dari usaha yang baik, dan Allah tidak menerima kecuali yang baik, melainkan Allah mengambilnya dengan Tangan Kanan-Nya lalu Dia memeliharanya sebagaimana salah seorang dari padamu memelihara anak kuda, sehingga kurma itu menjadi seperti gunung Uhud” (HR. Al-Bukhari, Muslim, At Tirmidzi dan An Nasa’i)
“Tidaklah seseorang membaikkan sedekah kecuali Allah Azza wa Jalla memberikan pengganti pada harta peninggalannya.” (HR. Ibnul Mubarok dari Hadits Ibnu Sihad dengan Mursal)
Rasulullah saw. bersabda ketika ditanya: “Manakah sedekah yang paling utama ?” “Beliau bersabda: “Kamu bersedekah dalam keadaan kamu sehat, kikir, kamu angan-angankan kekal dan takut miskin … “ (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah)
“Tidak ada seorang muslimpun yang memberi pakaian muslim lain kecuali ia dalam lindungan Allah Azza wa Jalla selama sesobek dari padanya ada padanya.” (HR At Tirmidzi dan Al Hakim dari hadits Ibnu Abbas)
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang akan ditawan.” (QS. Ad-Dahr 76:8 )
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” (QS. Ali Imran 3: 92).
1.B. ADAB BATIN DALAM PENUNAIAN INFAQ
Berbagai infaq fi-sabilillah merupakan sarana terpenting kedua dalam tazkiyatun-nafs, karena jiwa bertabi’at kikir, yang notabene buruk dan harus dibersihkan dari jiwa.
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang taqwa dari neraka itu, (yaitu mereka) yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan hartanya.” (al-Lail: 17-18)
Berbagai infaq hanya dapat memainkan perannya dalam tazkiyatun-nafs apabila dalam penunaiannya diperhatikan adab zhahir dan batin.
Adab batin dalam penunaian infaq :
1) Memahami dalil perintah infaq, makna dan muatan ujian yang terdapat didalamnya :
i. Syarat kesempurnaan komitmen kepada tauhid, dengan menguji perpisahan dari yang dicintai
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan sorga …” (at-Taubah:111)

ii. Membersihkan diri dari sifat kikir
“Dan barangsiapa dijaga dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (al-Hasyr:9)
iii. Syukur nikmat
2) Hendaknya membiasakan menunaikannya pada waktu-waktu yang utama sehingga menjadi sebab untuk pengembangan ibadah dan pelipatgandaan zakatnya. Misalnya bulan Muharram, karena bulan ini adalah bulan pertama dan termasuk bulan suci, atau bulan Ramadhan karena pada bulan inilah Rasulullah menjadi makhluk paling dermawan. Atau bulan Dzul Hijjah karena bulan ini bulan suci dan haji akbar. Hari-hari utama pada bulan Ramadhan adalah sepuluh hari terakhir, sedangkan hari-hari Dzul Hijjah yang paling utama adalah sepuluh hari pertama.
3) Merahasiakan, karena hal ini lebih bisa menjauhkan diri dari riya’ dan pamrih
“Jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang faqir maka hal itu lebih baik bagi kamu.” (al-Baqarah:271)
4) Menampakkan, apabila diketahui bahwa penampakan tersebut akan mendorong orang untuk mengikutinya dengan tetap menjaga batinnya dari dorongan riya’.
“Jika kamu menampakkan shadaqah maka itu adalah baik sekali.” (al-Baqarah:271)
5) Tidak merusak shadaqah dengan membangkit-bangkit dan menyakiti
“Dan janganlah kamu membatalkan shadaqah kamu dengan membangkit-bangkit dan menyakiti.” (al-Baqarah:264)
Membangkit-bangkit yaitu menyebutkan dan membicarakannya atau meminta pelayanannya dengan pemberian tersebut atau bersikap sombong kepada seseorang dengan pemberiannya. Menyakiti ialah mencelanya karena meminta-minta.
6) Menganggap kecil pemberian kepada orang karena jika dianggap besar maka ia akan kagum kepadanya, padahal ‘ujub termasuk hal-hal yang membinasakan dan membatalkan amal.
“Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi ‘ujub karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun.” (at-Taubah:25)
7) Memilih harta yang terbaik, yang paling dicintai dan paling halal.
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata…” (al-Baqarah:267)

8) Mencari agar shadaqahnya diterima oleh orang yang akan memanfaatkan shadaqah itu dengan baik dan benar :
i. Mencari orang-orang yang bertaqwa yang berpaling dari dunia dan mengkonsentrasikan diri untuk perniagaan akhirat dan mengamalkan tauhid
“Janganlah kamu makan kecuali makanan orang yang bertaqwa dan janganlah memakan makananmu kecuali orang yang bertaqwa.” (HR. Nasa’i dan Ibnu Hibban)
ii. Termasuk di antara ahli ilmu khususnya
iii. Hendaknya termasuk orang yang menyembunyikan keperluannya; tidak banyak mengeluh; termasuk orang yang menjaga harga diri
“Orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.” (al-Baqarah:273)
iv. Hendaknya orang yang terbelenggu oleh suatu penyakit
“Untuk orang-orang faqir yang terikat di jalan Allah” (al-Baqarah:273)
v. Hendaknya termasuk kerabat dan orang yang memiliki hubungan keluarga

Maraji’
Al Ghazali : Ihya Ulumuddin
Sa’id bin Muhammad Daib Hawwa, Mensucikan Jiwa : Konsep Tazkiyatun nafs Terpadu



Selengkapnya...

Tarbiyah Ruhiyah

1. RUHANIYATUD-DA’IAH
(Tarbiyah Ruhiyah)
1.A. FLUKTUASI IMAN
Secara fitrah manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat fujur (dosa) dan ketaqwaan [91:9-10).
“Maka Allah Mengilhamkan kepada jiwa itu Jalan kepasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” [Asy-Syams 91:9-10)
Hal ini mengakibatkan keimanan seseorang mengalami fluktuasi (terkadang naik, terkadang turun).
“Keimanan itu bisa bertambah dan berkurang. Maka perbaharuilah iman kalian dengan Laa Ilaaha Illallah.” (HR. Ibnu Islam)
Catatan :
Fluktuasi iman seorang Muslim seharusnya memiliki kecenderungan untuk senantiasa naik dan bukan fluktuasi yang tidak beraturan.
1.B. HAKIKAT TAQWA
Ungkapan para sahabat dan ulama :
• Taqwa : konsekwensi logis dari keimanan yang kokoh, keimanan yang selalu dipupuk dengan muroqobatullah; merasa takut terhadap murka dan adzab-Nya, dan selalu berharap limpahan karunia dan maghrifah-Nya.
• Taqwa : hendaklah Allah tidak melihat kamu berada dalam larangan-larangan-Nya dan tidak kehilangan kamu dalam perintah-perintah-Nya.
• Taqwa : mencegah diri dari azab Allah dengan berbuat amal sholeh dan takut kepada-Nya di kala sepi atau pun terang-terangan
• Taqwa : Hendaklah kamu berbuat dengan taat kepada Allah, berada di atas cahaya dari Allah, mengharap pahala Allah, meninggalkan kedurhakaan kepada Allah berdasarkan cahaya-Nya dan takut kepada siksa-Nya (Ibnu Mas’ud)

1.C. BALASAN BAGI ORANG-ORANG YANG BERTAKWA
• Diberikan furqon dan diampuni dosanya
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan Memberikan kepadamu Furqan dan Menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan Mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah Mempunyai Karunia yang besar. (Al Anfaal 8:29)
• Diberikan rahmat dan cahaya hidayah dari Allah
Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah Memberikan Rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan Menjadikan untukmu Cahaya yang dengan Cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia Mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, (Al Hadid 57:28)
• Diberikan jalan keluar dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka
“Barangsiapa bertawa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizqi dari arah tiada disangka-sangka.” (ath-Thalaq 65:2-3)
• Dimudahkan oleh Allah segala urusan
Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah Menjadikan baginya Kemudahan dalam urusannya. (ath-Thalaq 65:4)
• Ditutupi kesalahan-kesalahan dan akan dilipatgandakan pahala baginya oleh Allah
dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan Menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan Melipatgandakan Pahala baginya. (ath-Thalaq 65:5)
• Mendapatkan berkah dari Allah
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan Melimpahkan kepada mereka Berkat dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (Ayat-ayat Kami) itu, maka Kami Siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al-A’raahf 7:96)
1.D. JALAN MENCAPAI PERINGKAT TAQWA
Bagian I : Faktor-faktor yang penting
1. MU’AHADAH (Mengikat Perjanjian)
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai Saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah Mengetahui apa yang kamu perbuat.” (QS. An Nahl 16:91)
Cara Mu’ahadah : Hendaklah seorang mu’min berkholwat (menyendiri) antara dia dan Allah untuk mengintrospeksi diri seraya mengatakan pada dirinya: “Wahai jiwaku, sesungguhnya kamu telah berjanji kepada Rabbmu setiap hari disaat kamu berdiri membaca”.”Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami mohon bantuan”. Wahai jiwaku, bukankah dalam munajat ini engkau telah berikrar tidak akan berhamba selain kepada Allah, tidak akan meminta pertolongan selain kepada-Nya. Tidakkah engkau telah berikrar untuk tetap komitmen kepada shiratal mustaqim yang terbebas dari kerumitan dan liku-liku perjalanan … Tidakkah engkau telah berikrar untuk berpaling dari jalan orang-orang sesat dan dimurkai Allah ? Kalau memang demikian, hati-hatilah wahai jiwaku. Janganlah engkau langgar janjimu setelah Dia engkau jadikan sebagai pengawasmu. Janganlah engkau mundur dari jalan yang telah ditetapkan oleh Islam setelah engkau jadikan Allah sebagai saksimu. Hati-hatilah jangan sampai engkau mengikuti jalan orang-orang yang sesat dan menyesatkan setelah engkau jadikan Allah sebagai penunjuk jalan. Hati-hati wahai jiwaku, jangan engkau ingkar setelah beriman, jangan tersesat setelah engkau mendapat petunjuk, janganlah engkau menjadi fasiq setelah beriltizam (komitmen) … Barang siapa melanggar maka akibatnya akan menimpa dirinya, barang siapa tersesat maka kesesatannya itu akan menimpanya.
Bila Anda mengharuskan diri untuk komitmen terhadap janji yang diikrarkan 17 kali dalam sehari itu, kemudian anda mewajibkan supaya anda meniti tangga menuju ikrar tersebut … maka anda telah meniti tangga menuju taqwa.

2. MUSYARATHAH (Penetapan Syarat) (16:91)
Jiwa dan hati memerlukan ikatan janji harian. Jika manusia tidak mengikat jiwanya dengan janji harian niscaya akan mendapati jiwanya telah banyak menyimpang, sebagaimana akan mendapati hatinya telah kesat dan lalai.
Caranya : Apabila hamba memasuki waktu shubuh dan telah usai melaksanakan shalat shubuh maka hendaknya ia meluangkan hatinya sesaat untuk menetapkan syarat terhadap jiwa seraya berkata kepada jiwa: Aku tidak mempunyai barang dagangan kecuali umur; jika ia habis maka habislah modal sehingga tidak ada harapan untuk melakukan perdagangan dan mencari keuntungan. Di hari yang baru ini Allah telah memberi tempo kepadaku. Dia memperpanjang usiaku dan melimpahkan nikmat kepadaku dengan usia tersebut. Seandainya Allah mematikan aku niscaya aku berandai-andai sekiranya Allah mengembalikan aku ke dunia sehari saja agar aku dapat beramal shalih. Anggaplah wahai jiwa bahwa engkau telah meninggal kemudian dikembalikan lagi ke dunia, maka janganlah sampai kamu menyia-nyiakan hari ini, karena setiap nafas adalah mutiara yang tiada terkira nilainya. Ketahuilah wahai jiwa, bahwa sehari semalam adalah duapuluh empat jam, maka bersungguh-sungguhlah pada hari ini untuk mengumpulkan bekalmu dan janganlah engkau biarkan perbendaharaanmu kosong, dan janganlah kamu cenderung kepada kemalasan, kelesuan dan santai sehingga kamu tidak dapat meraih derajat ‘illiyyin sebagaimana orang selainmu telah mendapatkannya.

3. MURAQABAH (Pengawasan)
“Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang) dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (Asy Syu’araa’ 217-219)
Makna : merasakan keagungan Allah di setiap waktu dan keadaan serta merasaka kebersamaan-Nya di kala sepi ataupun ramai.
Caranya : Sebelum memulai suatu pekerjaan dan disaat mengerjakannya, hendaklah seorang mu’min memeriksa dirinya … Apakah setiap gerak dalam melaksanakan amal dan ketaatannya dimaksudkan untuk kepentingan pribadi ataukah karena dorongan ridha Allah dan menghendaki pahala-Nya? Jika benar-benar karena ridha Allah, maka ia akan melaksanakannya kendatipun hawa nafsunya tidak setuju dan ingin meninggalkannya. Kemudian ia menguatkan niat dan tekad untuk melangsungkan ketaatan kepada-Nya dengan keikhlasan sepenuhnya dan semata-mata demi mencari ridha Allah. Itulah hakikat ikhlas.
Macam-macam Muroqobah :
- Muroqobah dalam melaksanakan ketaatan adalah dengan ikhlas kepada-Nya
- Muroqobah dalam kemaksiatan adalah dengan taubat, penyesalan dan meninggalkannya secara total
- Muroqobah dalam hal-hal yang mubah adalah dengan menjaga adab-adab terhadap Allah dan bersyukur atas segala nikmat-Nya
- Muroqobah dalam musibah adalah dengan ridha kepada ketentuan Allah serta memohon pertolongan-Nya dengan penuh kesabaran.
4. MUHASABAH (introspeksi diri) setelah Beramal
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Hasyr:18)
Muhasabah ialah : Hendaklah seorang mu’min menghisab dirinya sendiri ketika selesai melakukan amal perbuatan … apakah tujuan amalnya untuk mendapatkan ridah Allah? Atau apakah amalnya dirembesi sifat riya’? Apakah dia sudah memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak manusia?….
5. MU’AQABAH (Menghukum Diri atas Segala Kekurangan)
“Dan dalam kisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah 2:179)
Apabila seorang mu’min menemukan kesalahan maka tak pantas baginya untuk membiarkannya. Sebab membiarkan diri dalam kesalahan akan mempermudah terlanggarnya kesalahan-kesalahan yang lain dan akan semakin sulit untuk meninggalkannya. Bahkan sepatutnya dia memberikan sanksi atas dirinya dengan sanksi yang mubah (Misalnya dengan menginfakkan sejumlah harta, atau dengan mengerjakan beberapa raka’at shalat sunat). Hal ini merupakan peringatan baginya agar tidak menyalahi ikrar, disamping merupakan dorongan untuk lebih bertaqwa dan bimbingan menuju hidup yang lebih mulia.
6. MUJAHADAH (Bersungguh-sungguh memaksa diri)
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al Ankabuut:69)
Apabila seorang mu’min terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan amal-amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat pada waktunya maka ia harus memaksa dirinya melakukan amal-amal sunnah lebih banyak dari sebelumnya.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
• Hendaklah amal-amal yang sunnah tidak membuatnya lupa akan kewajiban yang lainnya
• Tidak memaksakan diri dengan amal-amal sunnah yang di luar kemampuannya
7. MU’ATABAH (Mencela Diri)
Jalan yang harus Anda tempuh adalah berkonsentrasi menghadapinya lalu menyadarkan akan kebodohan dan kedunguannya. Katakanlah kepadanya, “Wahai jiwa, betapa besar kebodohanmu; kamu mengaku bijaksana, cerdas dan tanggap padahal kamu sangat bodoh dan dungu! Tidakkah kamu tahu di hadapanmu ada sorga dan neraka dan bahwa kamu pasti segera memasuki salah satunya? Mengapa kamu berbangga dan sibuk dengan permainan padahal kamu dituntut perkara yang mahapenting? Hari ini atau esok hari kamu bisa saja kamu meninggal, tetapi mengapa aku melihatmu memandang kematian sangat jauh padahal Allah melihatnya sangat dekat? Mengapa kamu tidak bersiap-siap menghadapi kematian padahal ia lebih dekat kepadamu dari setiap hal yang dekat?
Tujuan munajat orang-orang ahli ibadah adalah mencari ridha-Nya dan maksud celaan mereka adalah memperingatkan dan meminta perhatian. Siapa yang mengabaikan mu’atabah dan munajat berarti ia tidak menjaga jiwanya, dan bisa jadi tidak mendapatkan ridha Allah.

Bagian II : Faktor-faktor yang berkaitan dengan kepekaan jiwa
1. Mengingat kematian dan kehidupan sesudahnya
Apabila seorang mu’min senantiasa mengingat bahwa kematian pasti akan menjemputnya, kemudian ia pasti akan ditanya dalam kesendiriannya di alam kubur…Selalu mengingat bahwa kubur itu baginya bisa jadi taman surga atau jurang neraka…Bila semua itu selalu terbayang dibenaknya, maka bisa dipastikan hatinya akan peka terhadap rasa takut kepada Allah dan muroqobah-Nya setiap saat dan di segala tempat. Bahkan jiwa dan raganya akan bangkit untuk melakukan amal-amal sholeh guna mempersiapkan bekal untuk hari yang dijanjikan.



2. Membayangkan hari akhirat dan hal-hal yang berkaitan dengannya
Tatkala seorang mu’min membayangkan peristiwa-peristiwa yang dihadapi oleh ahli surga atau juga ahli neraka… Tatkala mengenal lebih dekat keadaan mereka di padang mahsyar, ketika dimulainya timbangan dibagikannya kitab-kitab amal dan dimualinya penitian jembatan…Ketika menghayati keadaan orang-orang yang masuk surga dengan berbagai kenikmatan yang dijanjikan oleh Allah dan berbagai macam kesengsaraan dan siksaan yang sudah disediakan…Seorang da’i ketika membayangkan semua itu pasti akan bersungguh-sungguh dalam beribadah dan berusaha lebih dekat kepada Allah.

Bagian III : Faktor-faktor amaliyah yang menumbuhsuburkan ruhiyah
1. Memperbanyak Tilawah Al-Qur’an dan Tadabbur
Bacaan yang disertai tadabbur yang khusyu’ mampu mempertajam pandangan yang sudah tumbul, merupakan pemusnah pandangan-pandangan yang sempit dan obat bagi hati yang sedang sakit. Apabila seorang mu’min sudah konsisten membaca Al-Qur’an dengan tenang, tadabbur dan khusyu’, maka akan terbukalah belenggu-belenggu yang memborgol hatinya dan akan terpancar pula cahaya Al-Qur’an di dalam hatinya.
Rasulullah selalu membaca Al-Qur’an secara dawam (rutin). Beliau memohon kepada Allah agar menjadikan Al-Qur’an sebagai taman dalam hatinya, cahaya bagi pandangannya, penghapus duka dan pemusnah kebingungan.
Cukuplah bagi pembaca Al-Qur’an kemuliaan dan kebanggaan bahwa Al-Qur’an sebagai pemberi syafa’at di hari kiamat nanti.
Dan cukuplah bagi pembaca Al-Qur’an kejayaan dan keagungan karena mereka akan bersama-sama dengan para malaikat.
Cukuplah pahala bagi orang yang membaca Al-Qur’an karena baginya dari setiap huruf sepuluh kebaikan.
2. Hidup Bersama Rasulullah Melalui Sirahnya yang Harum Semerbak
Hal ini karena Nabi sebagai uswah hasanah, qudwah sholihah dan figure yang sempurna bagi semua ummat manusia di sepanjang masa.
“Sesungguhnya telah ada dalam (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” (al-Ahzab:21)
Da’i adalah orang yang mempelopori mencontoh Nabi di semua sisi kehidupannya. (Ibadah, kezuhudan, atau dalam sifat tawadlu’ dan kebijaksanaan. Baik mengenai kekuatan fisik dan keberanian, atau tentang hal-hal yang berkaitan dengan politik dan keteguhan mempertahankan kebenaran(Islam).
Diantara fenomena yang paling nampak untuk dicontoh dari Nabi adalah bagaimana beliau menyatukan agama dan dunia, ibadah dan kehidupan, tazkiyah (mensucikan jiwa) dan jihad. Semua itu beliau lakukan tanpa menimbulkan ketimpangan dalam segi apa pun.





Mencontoh Ibadah Nabi
Hendaklah selalu terbayang dibenaknya bahwa sesungguhnya Nabi selalu beribadah sepanjang malam, hanya sedikit beliau sisakan untuk istirahat. Bahkan bertahajjud malam hari sampai tumitnya bengkak. Hendaklah seorang da’i selalu siap dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah-ibadah sunnah selama masih sanggup.
Mencontoh Kezuhudan Nabi
Nabi tak pernah makan roti sampai kenyang dalam tempo tiga hari berturut-turut, sejak beliau datang di Madinah sampai ajal menjemputnya. Padahal kalau mau, beliau bisa melakukannya. Hendaklah setiap da’i selalu waspada dan mengekang diri dari kesenangan-kesenangan duniawi semampu mungkin.
Mencontoh Ketaqwaan Rasulullah
Nabi duduk tanpa alas, beliau makan bersama pembantu, menjahit sendiri pakaiannya, memperbaiki sandalnya, membantu pekerjaan istrinya, menanggapi panggilan orang yang merdeka, pembantu dan budak belian. Duduk di mana saja dalam pertemuan… Hendaklah seorang da’i selalu waspada dan merendahkan hati di hadapan orang-orang mu’min lainnya sebisa mungkin.
Mencontoh Kesabaran dan Kelembutan Nabi
Hendaklah terbayang dibenak apa yang disabdakan Rasulullah setelah penaklukan Makkah kepada orang-orang yang dulu bersikeras menentangnya, mengeluarkannya dari negerinya dan bersekongkol untuk menghabisi nyawanya. Beliau bersabda; “Wahai sekalian orang Quraisy, apa kira-kira yang akan aku lakukan terhadap kalian?” Mereka menjawab; “Engkau adalah saudara yang mulia dan anak saudara yang mulia” Kemudian beliau melanjutkan; “Pergilah, kalian semua bebar”. Hendaklah seorang da’i selalu memberi ma’af dengan sebaik-baiknya sebisa mungkin.
Mencontoh Keteguhan Nabi dalam Mempertahankan Prinsip
Keteguhan Nabi yang langka dan keberanian beliau yang mengagumkan terhadap orang-orang musyrik Quraisy. Yaitu disaat beliau berkata kepada pamannya; “Paman, demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tanganku dan bulan di tangan kiriku supaya aku meninggalkan urusan ini (da’wah), aku tidak akan meninggalkannya sehingga Allah memenangkan da’wah atau aku binasa karenanya”. Hendaklah seorang da’i menyatakan kebenaran sebisa mungkin.
Mencontoh Kekuatan Fisiknya
Rasulullah sanggup mengalahkan ‘Rokanah’ tiga kali dalam adu gulat, bagaimana beliau mampu meladeni tantangan Ubai bin Kholaf di perang Uhud. Bagaimana para shahabat meminta bantuan kepada beliau untuk memecahkan sebuah batu dalam parit (perang Khondak). Hendaklah seorang da’i memelihara kekuatan fisiknya sesuai kemampuan.
Mencontoh Keberanian Rasulullah
Bagaimana sikap Rasulullah yang tegas dalam perang Hunain, yaitu ketika tantangan dunia menuntut keberanian yang tegar. Ketika itu beliau bersabda; “Aku Nabi, aku tidak dusta. Aku Putra Abdul Mutholib” Hendaklah seorang da’i sanggup memasuki kancah peperangan sebisa mungkin.
3. Selalu Menyertai Orang-orang Pilihan, Yakni Mereka Yang Berhati Bersih
Da’i lebih patut untuk menyertai orang-orang yang bertaqwa dan bergaul dengan orang-orang yang berhati bersih dan ma’rifat kepada Allah.
Pertama: Karena Islam memerintahkan agar selalu menyertai mereka
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu beserta orang-orang yang benar.” (at-Taubah 9:119)
Ulama salaf berkata “Bershahabatlah dengan orang-orang yang keadaannya bisa menunjukkan kamu ke jalan Allah”.
Orang-orang pilihan yang mengenal Allah memiliki ciri-ciri diantaranya :
- Komitmen terhadap syariat Islam dengan niat yang ikhlas, jujur dalam keta’atan dan kontinyu dalam beramal
- Dalam diri mereka tidak nampak adanya kemaksiatan, bid’ah atau apa pun yang menyalahi syariat. Sebab mereka adalah orang-orang yang bersih, memiliki komitmen dan menjadi teladan.
- Mereka menyibukkan diri dengan kelemahan dan aib yang ada pada dirinya. Mereka tidak pernah sibuk dengan aib-aib orang lain
- Mereka melaksanakan tugas amar ma’ruf nahi munkar dengan kekuatan iman dan keberanian jiwa
- Di wajah mereka nampak adanya cahaya keimanan dan taqwa
- Mereka memperhatikan ummat Islam dan bersemangat menghadapi segala permasalahan yang dihadapi ummat
- Bergerak secara jujur demi tanggung jawab da’wah dan punya semangat yang ikhlas dalam perbaikan ummat dan jihad
Jika seorang da’i menemukan penyeru kebenaran dengan ciri-ciri tersebut, maka hendaklah berusaha untuk menemani mereka, selalu hadir dalam majlis mereka, tanpa bosan atau merasa tidak perlu.
Hendaklah seorang da’i bersikap hati-hati terhadap da’i yang buruk.
Kedua : Untuk mendapatkan ketaqwaan, spritualitas dan nasehat dari mereka.
Jika seorang da’i sudah menyertai orang-orang pilihan seperti mereka, niscaya ia akan mendapatkan ketaqwaan dari mereka, mereguk kekuatan rohani dari ucapan dan perilaku mereka. Ia akan mendapatkan dari mereka hal-hal yang bermanfa’at bagi agama, dunia dan akhiratnya. Bahkan secara otomatis ia akan naik bertahap menuju kematangan, kesempurnaan dan ma’rifat kepada Allah.
4. Dzikir Kepada Allah Disetiap Waktu dan Keadaan
“Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu. Dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah:152)
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Al-Ahzab 33:103)
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dibandingkan dengan yang tidak berdzikir adalah bagaikan orang yang hidup dengan orang yang mati”. (HR. Bukhari)
“Di hari kiamat nanti Allah akan mendatangkan satu kaum, wajah mereka bercahaya, mereka berdiri di atas mimbar terbuat dari mutiara, semua orang merasa iri kepada mereka. Mereka bukan Nabi dan bukan pula syuhada”. Seorang Arab badui bangkit dari duduknya sampai setengah berdiri, kemudian bertanya, “Ya Rasulullah sebutkan ciri-ciri mereka agar kami tahu. Rasulullah menjawab; “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai di jalan Allah, mereka terdiri dari suku dan negeri yang berbeda, mereka berkumpul untuk berdzikir kepada Allah”. (HR. Thabrani)
Dzikir adalah Merasakan keagungan Allah dalam semua kondisi. Bisa berupa dzikir fikiran, hati, lisan atau perbuatan. Dzikir perbuatan mencakup tilawah, ibadah dan keilmuan. Ma’na dzikir seperti inilah yang banyak dijelaskan oleh Al-Qur’an dan hadits. (QS. 24:37; QS. 13:28)
Jika seorang mu’min ingin selalu menemukan kenikmatan dan ketentraman dzikrullah di relung hatinya, hendaklah ia merasakan adanya keagungan Allah tertancap dalam hati, merasuk dalam jiwa.
Termasuk dzikir lisan adalah semua do’a dan Ma’tsurat. Termasuk dzikir juga, semua permohonan bantuan dari Allah dan semua istighfar yang tercantum dalam Al-Qur’an atau diriwayatkan dari Nabi.
Berkaitan dengan ma’na dzikir dengan perbuatan yang mencakup ibadah :
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (AlJumu’ah:9)
Berkaitan dengan dzikrullah dengan perbuatan yang mencakup ilmu pengetahuan
“… maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Anbiya 21:7)
Bersungguh-sungguhlah dalam berdzikir kepada Allah secara kontinyu.
5. Menangis Karena Takut Kepada Allah Disaat Berkhalwat
Manakala seorang da’i berkholwat dengan Robbnya, dia akan mengingat kembali dosa-dosanya yang telah lalu dan mungkin terjadi. Membayangkan neraka jahannam dan semua kejadian yang mengerikan. Membayangkan hari akhirat dan semua peristiwa-peristiwanya. Terbayang di benaknya kematian dan apa-apa yang terjadi sesudahnya. Dia bandingkan antara amal-amalnya dengan amal-amal assabiqiin al awwaliin (generasi shahabat). Dengan itu semua, niscaya hatinya akan terenyuh, jiwanya tergetar, dan air matanya meleleh. Setelah peringatan seperti ini ia akan kembali menghadap Robbnya dengan bertobat, beristighfar, berdzikir, menjaga batasan-batasan-Nya. Bahkan ia akan termasuk mereka yang berlomba dalam melaksanakan amal kebaikan, bersegera dalam manta’ati-Nya, dan tunduk patuh kepada Robbul’alamin.
Menangis adalah karena adanya rasa takut. Takut mati sebelum bertobat, takut dari istidtoj (pemberian tanpa rodha-Nya) dengan berbagai nikmat yang menyebabkan suul khotimah, takut dari neraka dan berbagai siksa di dalamnya, takut diharamkannya surga dan berbagai kenikmatan yang ada di dalamnya. Lebih dari itu semua ada rasa takut dari sifat riya’ tatkala beribadah, sifat ujub disaat berkecukupan, sifat nifaq ketika bergaul, sifat ghurur (lupa diri) ketika mendapatkan dunia serta sifat-sifat lainnya yang tergolong dalam penyakit hati dan kelemahan jiwa.
Orang yang paling takut adalah orang yang paling mengetahui dirinya dan Robbnya.
Beberapa Keutamaan Menangis Karena Takut Kepada Allah
A. Mereka berada di Bawah Naungan Allah di Hari Kiamat
“Tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah disaat tidak ada naungan selain naungan-Nya … (diantaranya) seseorang yang berdzikir kepada Allah menyendiri, dan menangis karenanya”.
B. Mereka terbebas dari Adzab Allah
“Dua jenis mata yang tidak tersentuh oleh api neraka, mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang piket malam fi sabilillah” (HR. Turmudzi)
C. Mereka Berada Dalam Limpahan Cinta Kasih Ilahi
“Tidak ada yang lebih dicintai Allah dari dua tetes dan du bekas; tetes-tetes air mata karena takut kepada Allah dan tetes-tetes darah yang tertumpah fi sabilillah. Dua bekas tersebut adalah bekas berjihad di jalan Allah dan bekas dalam kewajiban yang Allah wajibkan (shalat berjama’ah) (HR Turmudzi)
D. Mereka Berada Dalam Ampunan dan Maghfirah-Nya.
“Apabila seorang hamba merinding karena takut kepada Allah maka dosa-dosanya berguguran bagai bergugurannya dedaunan dari pohon yang kering”. (HR Ibnu Hibban dan al-Baihaqi)
6. Bersungguh-sungguh Membekali Diri Dengan Ibadah-ibadah Nafilah
“Dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu Mengangkat kamu ke Tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’ 17:79)
“Barangsiapa mendekat kepadaKu satu jengkal, maka Aku mendekat kepadanya satu siku, barangsiapa mendekat kepadaKu satu siku, maka Aku mendekat kepadanya satu depa dan barangsiapa mendekat kepadaKu dengan berjalan maka Aku mendekat kepadanya dengan berlari kecil …” (HR. Bukhari dan Muslim)



Yang dimaksud dengan nafilah adalah ibadah-ibadah sunnat selain ibadah fardhu, baik berupa shalat, shaum, shadaqah, dll.
a. Shalat Nafilah
i. Shalat Dhuha
“Setiap pagi ada kewajiban bershadawah bagi tiap-tiap persendian, dan bisa memadai semua dengan dua raka’at shalat Dhuha”. (HR. Muslim)
Shalat Dhuha sedikitnya dua raka’at, dan paling banyak delapan raka’at. Waktunya dimulai setengah jam setelah matahari terbit sampai satu jam menjelang dzuhur.
ii. Shalat Sunat Tahiyatul Masjid
“Jika salah seorang diantara kalian masuk masjid, maka janganlah duduk sehingga melaksanakan shalat dua raka’at.”(HR. Muslim)
iii. Shalat Sunnat Wudlu’
“Rasulullah berkata kepada Bilal, “Ceritakanlah kepadaku amal apa yang amat engkau harapkan dalam Islam, sebab aku mendengar suara kedua sandalmu di surga?” Bilal menjawab; “Tidak ada amal ibadah yang paling kuharapkan selain setiap aku berwudhu baik siang atau malam aku selalu shalat setelahnya sebanyak yang aku suka” (HR. Bukhari)
iv. Shalat Malam
“Shalat yang paling afdhol setelah shalat fardhu adalah shalat lail”.(Imam Turmudzi)
“Kalian harus shalat lail, sebab itulah jalan para sholihin, itulah pendekatan diri pada Robb kalian, penghapus kesusahan dan pemusnah dosa-dosa”. (HR. Turmudzi)
Shalat lail dilakukan minimal dua raka’at, afdholnya delapan rakaat, dan tidak ada batasan maksimalnya. Shalat lail adalah shalat nafilah yang paling afdhol secara keseluruhan, karena lebih memungkinkan untuk ikhlash dan jauh dari sifat riya’.
v. Shalat Tarawih
Yaitu shalat 11 raka’at atau 21 raka’at yang dilakukan di bulan Ramadhan.. Setiap dua raka’at salam. Dilaksanakan dengan berjama’ah setelah shalat Isya.
vi. Shalat sunnat rowatib
Yaitu shalat sunnat yang menyertai shalat fardhu.
Ibnu Umar berkata “Saya melaksanakan shalat bersama Nabi SAW dua raka’at sebelum dzuhur, dua rakaat sesudahnya, dua rakaa’at setelah jum’ah dan dua raka’at sesudah isya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
“Diantara dua adzan ada shalat. Diantara dua adzan ada shalat. Diantara dua adzan ada shalat”. (HR. Bukhari, Muslim)
Dua adzan maksudnya adzan dan iqomah.
b. Shaum Nafilah
“Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari fi sabilillah, melainkan Allah menjauhkan dia dari api neraka sejauh tujuh puluh tahun perjalanan” (HR. Muslim)
i. Puasa ‘Arafah
ii. Puasa ‘Aryuro dan Tasu’a
Yaitu puasa hari ke sembilan dan kesepuluh bulan Muharram.
iii. Shaum Enam Hari Pada Bulan Syawal
iv. Shaum Tiga Hari Bidh (Putih)
Penanggalan disini tentu menurut penanggalan Qomariyah (Hijriyah), sebab pada hari-hari tersebut bulan lebih jelas dan lebih terang.
v. Shaum Hari Senin dan Kamis
vi. Shaum Sehari dan Buka Sehari
Shaum adalah ibadah yang melatih seseorang agar mampu ikhlas dan meninggalkan sifat riya’, sebab tidak ada yang mengetahui orang yang berpuasa sunnat selain Allah. Dialah yang akan memberi pahala terhadap orang-orang yang berpuasa dengan balasan yang pantas.
c. Shadaqah Nafilah
Shadaqah nafilah termasuk amal ibadah yang memberikan masukkan besar bagi pelakunya, bahkan batasan jumlah pahala tersebut tidak terhingga dan hanya Allah-lah yang mengetahuinya.
Allah akan menggantikan harta yang dishadaqahkan, memberkahinya dan menambahkan karunia-Nya.
Keutamaan bershadaqah nafilah bahwa ia mampu melepaskan seorang mu’min dari sifat kikir dan melatih tumbuhnya sifat berkorban, suka berinfaq dan itsar (mementingkan orang lain)

Maraji’
Sa’id bin Muhammad Daib Hawwa, Mensucikan Jiwa : Konsep Tazkiyatun nafs Terpadu
Dr. Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah Ruhiyah : Petunjuk Praktis Mencapai Derajat Taqwa



Selengkapnya...

Penyakit Hawar Daun Pada Kentang

PENDAHULUAN

Organisme Penganggu Tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu : hama, penyakit dan gulma. Hama menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata, moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan tingkat tinggi.

Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. Sehingga tidak heran kalau pada musim hujan dunia pertanian banyak disibukkan oleh masalah penyakit tanaman seperti penyakit kresek dan blas pada padi, antraknosa cabai hawar daun pada kentang dan lain sebagainya. Sementara itu pada musim kemarau banyak masalah yang disebabkan oleh hama penggerek batang padi, hama belalang kembara, serta thrips pada cabai.

Konsep Segitiga Penyakit :
Konsep ini berawal dari Ilmu Penyakit Tumbuhan, namun juga dapat diterapkan pada bidang ilmu hama. Pada dasarnya penyakit hanya dapat terjadi jika ketiga faktor yaitu :
• Inang dalam keadaan rentan,
• Patogen bersifat virulen (daya infeksi tinggi) dan jumlah yang cukup, serta lingkungan yang mendukung.
• Lingkungan berupa komponen lingkungan fisik (suhu, kelembaban, cahaya) maupun biotik (musuh alami, organisme kompetitor).

Dari ketiga konsep tersebut jelas sekali bahwa perubahan salah satu komponen akan berpengaruh terhadap intensitas penyakit yang muncul.
HAWAR DAUN KENTANG

Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang penting di Indonesia. Penyakit hawar daun yang disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans adalah penyakit yang sangat penting pada tanaman kentang di Indonesia. Penyakit ini mempunyai makna sejarah yang penting di Eropa, karena pada periode 1830-1845 telah menimbulkan kerusakan pada pertanaman kentang di Eropa dan Amerika. Kerusakan yang ditimbulkan penyakit tersebut telah menimbulkan kelaparan besar di Irlandia yang mengakibatkan ratusan ribu penduduk meninggal. Peristiwa ini dikenal dalam sejarah sebagai The Great Famine. Sejak saat itu, penyakit ini telah menjadi kendala utama produksi kedua komoditas pertanian tersebut di dunia, terutama di daerah yang beriklim sejuk dan lembab.
Pada kentang, patogen hawar daun mula-mula dideskripsi di Perancis pada tahun 1845 oleh Montagne. Pada tahun 1876, setelah melakukan penelitian selama bertahun-tahun, Anton de Bary mengukuhkan nama patogen Phytophthora infestans sebagai penyebab penyakit hawar daun pada kentang.
Penyakit hawar daun sangat merusak dan sulit dikendalikan, karena Phytophthora infestans merupakan jamur patogen yang memiliki patogenisitas beragam. Pada umumnya, patogen ini berkembangbiak secara aseksual dengan zoospora, tetapi dapat juga berkembangbiak secara seksual dengan oospora. Jamur ini bersifat heterotalik, artinya perkembangbiakan secara seksual atau pembentukan oospora hanya terjadi apabila terjadi mating (perkawinan silang) antara dua isolat Phytophthora infestans yang mempunyai mating type (tipe perkawinan) berbeda.




PENYEBAB dan GEJALA
PENYAKIT HAWAR DAUN KENTANG

Penyakit hawar daun kentang disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans , yang semula disebut Botrytis infestans Mont. Miselium interseluler tidak bersekat, mempunyai banyak houstorium. Konidiofor keluar dari mulut kulit, berkumpul 1-5, dengan percabangan simpodial, mempunyai bengkakan yang khas. Konidium berbentuk buah peer, 22-32 x 16-24 µm, berinti banyak 7-32. Konidium berkecambah secara tidak langsung dengan membentuk hifa (benang) baru, atau secara tidak langsung dengan membantuk spora kembara, konidium dapat juga disebut sebagai sporangium atau zoosporangium. Cendawan ini dapat membentuk oospora meskipun agak jarang. Jamur P. infestans diketahui mempunyai banyak ras fisiologi.
Gejala awal bercak pada bagian tepi dan ujung daun, bercak melebar dan terbentuk daerah nekrotik yang berwarna coklat. Bercak dikelilingi oleh massa sporangium yang berwarna putih dengan belakang hijau kelabu. Serangan dapat menyebar ke batang, tangkai dan umbi. Perkembangan bercak penyakit pada daun paling cepat terjadi pada suhu 18˚C - 20˚C. Pada suhu udara 30˚C perkembangan bercak terhambat. Oleh karena itu di dataran rendah ( kurang dari 500 dpl ) penyakit busuk daun tidak merupakan masalah. Epidemi penyakit busuk daun biasanya terjadi pada suhu 16˚C - 24˚C. Didataran tinggi di Jawa, busuk daun terutama berkembang hebat pada musim hujan yang dingin, antara bulan Desember dan Februari.
Daun-daun yang sakit mempunyai bercak-bercak nekrotik pada tepi dan ujungnya. Kalau suhu tidak terlalu rendah dan kelembaban cukup tinggi, bercak-bercak tadi akan meluas dengan cepat dan mematikan seluruh daun. Bahkan kalau cuaca sedemikian berlangsung lama, seluruh bagian tanaman di atasakan mati. Dalam cuaca yang kering jumlah bercak terbatas, segera mengering dan tidak meluas. Umumnya gejala baru tampak bila tanaman berumur lebih dari satu bulan, meskipun kadang-kadang sudah terlihat pada tanaman yang berumur 3 minggu.


Gambar 1. Serangan Phytophthora Infestan pada daun kentang

Pembentukan penyakit busuk daun ini bervariasi sesuai kondisi lingkungan. Kelembaban relative, suhu, intensitas cahaya, dan pemeliharaan kentang itu sendiri akan mempengaruhi gejala yang timbul. Daun yang sakit terlihat berbecak – bercak pada ujung dan tepi daunnya dan dapat meluas ke bawah serta mematikan seluruh daun dalam waktu 1 sampai 4 hari; hal ini terjadi jika udara lembab. Bila udara kering jumlah daun yang terserang terbatas, bercak – bercak tetap kecil dan jadi kering dan tidak menular ke daun lainnya.
Di lingkungan tropis, tanaman kentang akan terus berkembang, sehingga udara umumnya inokulum memulai awal terjadinya penyakit pada lahan baru. Di daerah dataran rendah, tanah atau sisa – sisa tanaman diperkirakan menjadi tempat yang sesuai bagi pathogen antara musim. Jamur juga akan bertahan hidup dalam umbi yang terinfeksi tetap di tanah dari musim sebelumnya. Benih juga bisa terinfeksi dan menjadi tempat hidup pathogen. Ketika tunas baru dihasilkan dari benih atau umbi tua yang terinfeksi, jamur tersebut akan menginfeksi tunas baru tersebut, kemudian sporulates dari pertumbuhan baru ini serta sporangia akan tersebar di udara atau di air.
SIKLUS PENYAKIT HAWAR DAUN

Patogen dapat tersebar sampai ke batang dengan sangat cepat dalam jaringan korteks yang menyebabkan kerusakan sel didalamnya. Selanjutnya, miselium tumbuh diantara isi sel batang, tetapi jarang terdapat dalam jaringan vaskuler. Miselium tumbuh menembus batang sampai ke permukaan tanah. Ketika mesilium mencapai udara disekitar bagian tanaman miselium memproduksi sporangiospor yang dapat menembus stomata dan menetap serta menyebar melalui daun. Sporangiospor akan terlepas dan menyebabkan infeksi baru, sel-sel dimana miselium berada dapat mati dan menjadi busuk, miselium menyebar luas sampai ke bagian yang sehat. Beberapa hari setelah infeksi baru, sporangiospor timbul dari stomata dan memproduksi banyak sporangia yang dapat menginfeksi tanaman baru.
Selama musin hujan, sporangia terbawa sampai ke tanah. Umbi dekat permukaan tanah dapat terserang zoospore yang bertunas dan berpenetrasi pada umbi menembus lenti sel atau melalui luka alami atau luka akibat serangga dan alat pertanian.

Cendawan Phytophthora infestans dapat mempertahankan diri dari musim kemusim dalam umbi-umbi yang sakit, jika umbi yang sakit ditanam, cendawan ini dapat naik ke tunas muda yang baru saja tumbuh dan membentuk banyak konidium atau sporangium. Demikian pula umbi-umbi sakit yang dibuang, dalam keadaan yang cocok dapat bertunas dan menyebarkan konidium. Karena cendawan ini dapat membentuk oospora, maka cendawan dapat mempertahankan diri dalam bentuk ini juga, dan konidium dapat dipencarkan oleh angin dari sumber infeksi ke tanaman lain.

Gambar 2. Daur Hidup Phytophthora Infestan

Daur hidup dimulai saat sporangium terbawa oleh angin. Jika jatuh pada setetes air pada tanaman yang rentan, sporangium akan mengeluarkan spora kembara (zoospora), yang seterusnya membentuk pembuluh kecambah yang mengadakan infeksi (Rumahlewang, 2008). Ini terjadi ketika berada dalam kondisi basah dan dingin yang disebut dengan perkecambahan tidak langsung. Spora ini akan berenang sampai menemukan tempat inangnya. Ketika keadaan lebih panas, P. infestan akan menginfeksi tanaman dengan perkecambahan langsung, yaitu germ tube yang terbentuk dari sporangium akan menembus jaringan inang yang akan membiarkan parasit tersebut untuk memperoleh nutrient dari tubuh inangnya.



PENYEBARAN PENYAKIT HAWAR DAUN KENTANG

Hawar daun atau busuk daun (Phytophthora infestans) merupakan penyakit utama pada tanaman kentang dan beberapa spesies dan famili Solanaceae dan menimbulkan kerugian yang sangat besar di setiap pertanaman kentang dengan menunjukkan efek pada produksi umbi. Penyakit ini telah dijumpai sejak awal kedua tanaman tersebut dibudidayakan oleh petani, yaitu pada tahun 1794. Penyakit hawar daun ini menyebar luas disemua tempat pertanaman kentang di dunia. Di Indonesia diketahui bahwa penyakit ini terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sulawesi Selatan dan dijumpai di Amerika Serikat, Irlandia, Jerman, Thailand, Malaysia, Belanda, dan Kepulauan Pasifik Selatan. Diduga penyakit ini semula berasal dari bibit kentang yang diimpor dari Eropa.
Di lapang, penyakit ini mula-mula menyerang daun kentang atau tomat. Pada infeksi yang berat seluruh daun yang terinfeksi mem-busuk, sehingga akhirnya tanaman mati. Penyakit ini juga dapat menyerang umbi kentang, meskipun di Indonesia jarang ditemukan gejala infeksi pada umbi. Infestasi penyakit hawar daun kentang tertinggi di Indonesia adalah Provinsi Jawa Tengah, karena Provinsi ini memiliki area perta-naman kentang yang paling luas, yaitu di Kabupaten Wonosobo.
Kerusakan oleh penyakit hawar daun dapat mengakibatkan penurunan hasil antara 10-100%. Di Belarusia (1999), Phytophthora infestans dapat menyerang daun-daun tanaman bagian atas (daun muda) pada awal periode pertumbuhan vegetatif tanaman dengan tingkat kerusakan daun mencapai 80-100% pada varietas yang berumur genjah, dan 70-80% pada varietas yang berumur sedang dan dalam. Hasil penelitian Sengooba dan Hakiza (1999), menunjukkan bahwa kehilangan hasil dapat melebihi 90%, jika patogen menyerang kultivar yang rentan pada awal pertanaman. Penelitian yang dilakukan di Ethiopia, Kenya, Rwanda, Uganda, dan Burundi menunjukkan bahwa kehilangan hasil dapat mencapai 40-70%, dan besarnya kehilangan hasil sangat tergantung baik pada kerentanan varietas maupun pada kondisi lingkungan tempat tumbuh.

KERAGAMAN GENETIK Phytophthora infestans

Status dan bentuk alat reproduksi dari Phytophthora infestans menjadi topik kontroversi setelah Worthington Smith (1875) menyatakan bahwa jaringan kentang yang terinfeksi oosporanya ditemukan di Inggris. Pada tahun 1876, de Bary mula-mula menyatakan bahwa oospora yang ada pada jaringan kentang yang sakit adalah kontaminan Pythium vexans, tetapi 15 tahun kemudian ia menyatakan bahwa oospora dapat dijumpai pada jaringan kentang yang terinfeksi Phytophthora infestans.
Selanjutnya, pada tahun 1956 de Bary membandingkan (pairing) isolat-isolatnya dengan isolat Phytophthora infestans yang berasal dari lembah dataran tinggi Toluka di Meksiko Tengah dan diperoleh ba-nyak sekali oospora (Niederhauser, 1956; Smoot et al., 1958). Biasanya mating type A1 membentuk banyak sporangia dan sporangiofora, sedangkan mating type A2 hanya membentuk agregat hifa saja. Sejak saat itu, telah dinyatakan bahwa selain isolat Phytophthora infestans dari Meksiko, isolat dari USA, Kanada, Eropa Barat, Afrika Selatan, dan India Barat tidak mem-punyai alat reproduksi seksual. Sampai tahun 1984, peneliti pada umumnya percaya bahwa mating type A2 hanya terdapat di Meksiko, sehingga menimbulkan pertanyaan.
Penelitian untuk mengidentifi-kasi populasi Phytophthora infestans menggunakan teknik genetika molekuler berdasarkan olimorfisme isoenzim diawali oleh Tooley et al. (1985). Setelah itu, banyak peneliti yang mempelajari ciri-ciri populasi Phytophthora infestans baik secara fenotipik maupun secara genotipik dengan menggunakan berbagai macam penanda, seperti mating type, allo-enzyme, sensitifitas terhadap metalaxyl, virulensi, serta sidik jari DNA nukleus (nuclear DNA fingerprint) dan sidik jari mitokondrial (mitochondrial DNA fingerprint) menggunakan teknik Restriction Fragment Length Polymorphism/RFLP.


Gambar 3. Morfologi Phytophthora Infestan


Setelah dianalisis genotipik alloenzymenya menggunakan enzim malat (Malic enzyme, Me) hasilnya menunjukkan nilai 90/90, dengan enzim glukose fosfat isome-rase (glucose phosphate isomerase, Gpi) menunjukkan nilai 100/100, sedangkan dengan enzim peptidase (Pep) menunjukkan nilai 96/96. Resistensi terhadap Senyawa Metalaxyl Di masa lalu, fungisida yang berbahan aktif metalaxyl sangat efektif untuk mengendalikan penyakit hawar daun. Tetapi penggunaannya yang berkepanjangan telah mengakibatkan munculnya strain Phytophthora infestans yang resisten terhadap senyawa metalaxyl.
Pada umumnya, patogen ini berkembangbiak secara aseksual. Cara ini dilakukan tanpa penggabungan sel kelamin betina dan sel kelamin jantan, tetapi dengan pembentukan spora yaitu zoospora yang terdiri dari masa protoplasma yang mempunyai bulu – bulu halus yang bisa bergetar dan disebut cilia, tetapi dapat juga berkembangbiak secara seksual dengan oospora, yaitu penggabugan dari gamet betina besar dan pasif dengan gamet jantan kecil tapi aktif.
PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN KENTANG


Pengendalian dengan cara resistensi adalah termasuk semua usaha yang tanaman menjadi imun, tahan atau toleran terhadap serangan patogen. Yang termasuk dalam resistensi adalah proteksi silang, ketahanan terimbas, aktivasi pertahanan tanaman, perbaikan kondisi pertumbuhan tanaman, dan penggunaan varietas tahan. Penggunaan varietas tahan bila varietas tersebut telah tersedia mempunyai beberapa kelebihan, yaitu murah, mudah, aman, dan merupakan salah satu cara pengendalian yang efektif untuk mengendaliakan penyakit tumbuhan. Penggunaan varietas tahan juga dapat mengurangi penggunaan fungisida sehingga mengurangi pencemaran akibat bahan racun tersebut. Tumbuhan dapat bertahan dari serangan patogen dengan sesuatu kombinasi dari dua senjata yang dimilikinya, yaitu :
• Sifat-sifat struktural yang berfungsi sebagai penghalang fisik dan menghambat patogen mendapatkan peluang masuk dan menyebar didalam tumbuhan.
• Reaksi-reaksi biokimia yang terjadi di dalam sel dan jaringan tumbuhan yang menghasilkan zat beracun bagi patogen atau menciptakan kondisi yang menghambat pertumbuhan patogen pada tumbuhan tersebut.
Kombinasi antara sifat struktural dan reaksi biokimia yang digunakan untuk pertahanan bagi tumbuhan berbeda antara setiap sistem kombinasi inang-patogen.
Ketahanan terhadap penyakit yang secara genetik dikendalikan oleh terdapatnya satu, beberapa atau banyak gen untuk ketahanan pada tumbuhan dikenal dengan ketahanan sejati ( true resistance). Pada ketahanan sejati, inang dan patogen sedikit banyaknya tidak cocok antara satu dengan yang lain, baik karena kekurangan pengenalan kimiawi antara inang dan patogen atau karena tumbuhan inang dapat bertahan dengan sendirinya dalam mengatasi patogen dengan berbagai mekanisme pertahanan yang telah tersedia, atau diaktivasi, sebagai respon terhadap infeksi patogen. Ada dua ketahanan sejati yaitu ketahanan horizontal dan ketahanan vertikal. Ketahanan horizontal adalah ketahanan yang ditentukan oleh banyak gen sama efektifnya terhadap semua ras pathogen, sedangkan ketahanan vertikal ditentukan oleh satu gen yang hanya efektif terhadap beberapa ras fisiologi atau strain patogen dan tidak menyebabkan ketahanan terhadap ras-ras lain.

PENELITIAN PENYAKIT HAWAR DAUN YANG PERLU DILAKUKAN DI INDONESIA

Penelitian penyakit hawar daun di Indonesia masih terbatas pada identifikasi ras Phytophthora infestans dan pengendalian penyakit dengan fungisida yangberbahan aktif metalaxyl saja. Oleh karena itu, kegiatan penelitian lain perlu dilakukan untuk mendukung keberhasilan upaya pengendalian penyakit hawar daun baik pada tomat maupun pada kentang seperti koleksi isolat, determinasi mating type, dan analisis alloenzyme maupun secara biomolekuler. Daun kentang yang terinfeksi Phytophthora infestans dikumpulkan dari beberapa provinsi di Indonesia. Potongan daun yang terinfeksi diinokulasikan pada medium agar rye B yang ditambah ampicillin sodium 200 ppm, nystatin 100 ppm, dan rifampicin 50 ppm kemudian diinkubasikan di ruang gelap pada suhu 20ºC. Setelah 2 minggu, miselia akan tumbuh kemudian dipindahkan pada medium agar miring rye A yang ditambah antibiotik seperti pada medium rye B dan disimpan pada suhu 18ºC di ruang gelap.
Kemungkinan keberhasilan metode isolasi tersebut besar, karena telah diperlakukan isolasi Phytophthora infestans dari Pacet dan Lembang (Jawa Barat) serta Wonosobo (Jawa Tengah) yang gagal dengan memakai metode isolasi yang dilakukan Mosa et al. (1989), yaitu dengan cara potongan daun kentang yang terinfeksi Phytophthora infestans diletakkan pada irisan kentang Irish Cobbler (r) pada kotak plastik yang diberi alas koran yang sudah dilembabkan dengan air destilasi kemudian diinkubasi pada inkubator dengan suhu 18º-20ºC. Setelah 5-7 hari, miselia akan tumbuh pada irisan kentang tersebut kemudian dipindah ke irisan kentang baru. Setelah itu, miselia baru yang tumbuh dipindahkan pada medium agar rye A atau V8 juice 20%.




Determinasi Mating Type Determinasi mating type dilaku-kan dengan menandingkan setiap isolat yang diperoleh dengan isolat Phytophthora infestans yang sudah diketahui (tester) A1 dan A2 pada medium agar V8 juice 10%. Isolat tersebut diamati setelah 7-10 hari diinkubasi pada suhu 20ºC di ruang gelap. Apabila isolat yang dideterminasi membentuk oospora dengan tester A1 dan tidak membentuk oospora dengan tester A2 berarti isolat tersebut dikatakan sebagai A2. Perlakuan setiap menguji isolat dengan minimal dua ulangan (Mosa, 1992). Analisis Allozyme Ditemukannya polimorfisme isoenzim pada isolate Phytophthora infestans oleh Tooley et al. (1985) telah dijadikan sebagai dasar penelitian genetik Phytophthora infestans. Populasi genetik isolat Phytophthora infestanasal Meksiko dan dari luar Meksiko polimorfik pada loki (loci) Gpi-1 (glucose-phosphate isomerase) dan Pep-1 (peptidase), tetapi isolat asal Meksiko berbeda ketika dianalisis dengan enzim ME (malic enzyme).
Analisis genotipik allozyme isolat Phytophthora infestans di Indonesia, hingga saat ini baru dilakukan oleh Nishimura et al. (1999), sehingga perlu dilakukan lebih lanjut. Kepekaan terhadap Metalaxyl Pengujian kepekaan (sensitivitas) terhadap metalaxyl dilakukan dengan menumbuhkan isolat Phytophthora infestans pada medium agar rye A dengan menambahkan metalaxyl (0; 0,1; 1; 10; dan 100 ppm). Setelah 7 hari diinkubasi pada suhu 20˚C di ruang gelap, dengan menghitung ED50 (dosis fungisida yang meng-hambat 50% pertumbuhan miselia). Ternyata dua isolat A2 dari Indone-sia tahan terhadap metalaxyl 10 ppm dan dua isolat A2 lainnya tahan terhadap metalaxyl 100 ppm.







TAKSONOMI

Domain : Eukaryota
Kingdom : Chromalveolata
Phylum : Heterokontophyta
Diviso : Eumycota Class : Oomycetes
Ordo : Peronosporales
Family : Pythiaceae
Genus : Phytophthora
Species : Phytophthora infestans



Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan melaksanakan beberapa usaha secara terpadu, antara lain :
• Hanya menanam bibit yang sehat
• Tidak menanam tanaman di bekas lahan yang ditanami tanaman sejenis (contoh: kentang, tomat, terung).
• Penyemprotan dengan fungisida terutama fungisida yang mengandung tembaga hidroksida (Kocide 77WP), fungisida berbahan aktif mankozeb, propinep atau maneb. Pelaksanaan penyemprotan tergantung pada keadaan cuaca. Setiap habis hujan lebat penyemprotan dianjurkan untuk diulangi.
• Menanam jenis - jenis tanaman yang tahan.
Menjaga kebersihan lahan, sisa-sisa tanaman yang sakit harus segera dimusnahkan ( dibakar ) agar daur hidup jamur dapat diputuskan.


KESIMPULAN

• Meskipun Phytophthora infestans merupakan salah satu penyakit terpenting pada tanaman kentang di Indonesia, namun informasi penelitian tentang variasi mating type, strain resisten metalaxyl, epidemilogi, dan varietas tanaman yang resisten, masih sangat terbatas sehingga strategi pengendaliannya sulit diterapkan.

• Hawar daun kentang dan busuk (umbi) kentang, disebabkan oleh Phytophthora infestans , dan menyebabkan Kelaparan Besar Irlandia di pertengahan abad ke-19. Akibat wabah ini, penduduk Irlandia berkurang 30% dan terjadi emigrasi besar-besaran dari Irlandia ke Amerika Serikat.

• Perubahan populasi mating type A1 dan A2 di Indonesia masih perlu dipelajari menggunakan variasi populasi indigenous.

• Populasi mating type A2 di Indonesia yang diduga secara genetik merupakan turunan A1 masih perlu konfirmasi lebih lanjut tentang sensitivitasnya terhadap metalaxyl.

• Hawar Alternaria atau bercak kering/coklat, yang menyerang kentang dan tomat, disebabkan oleh fungus kosmopolit Alternaria (terutama A. solani)

• Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian hawar daun ini.




Daftar Pustaka

• http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/.

• http://www.deptan.go.id/ditlin-tp/.

• http://www.deptan.go.id/setjen/humas/berita/Serangan%20OPT.htm

• Dr. Suryo Wiyono Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

• Anderson, PA. AA Cunningham, NG Pate, FJ Morales, PR Epstein, P. Daszak. 2004. Emerging infectious diseases of plants: pathogen pollution, climate change and agrotechnology drivers. Trends in Ecol. and Evol. 19: 535-543

• Bonaro, O., A Lurette,, C Vidal, J Fargues. 2007. Modelling temperature-dependent bionomics of Bemisia tabaci (Q-biotype) Physiological Entomology,32: 50-55

• Chakraborty, S, G Murray, N. White. 2002. Impact of Climate Change on Important Plant Diseases in Australia. A report for the Rural Industries Research and Development Corporation by April 2002. RIRDC Publication No W02/010

• Chen, C. N., Huang, L. H., 2004. Temperature effect on the life history traits of Thrips palmi Karny (Thysanoptera: Thripidae) on eggplant leaf.. Plant Protec. Bull. (Taipei), 46 : 99-111

• Boland, G.J. M.S. Melzer, A. Hopkin, V. Higgins, and A. Nassuth. 2004. Climate change and plant diseases in Ontario. Can. J. Plant Pathol. 26: 335–350
• Garret, K.A., S.P. Dendy, E.E. Fraih, M.N. Rouse, S.E. Travers. 2006. Climate change effect to plant disease: genome to ecosystem. Ann, Rev. Phytopathol 44;489-509

• Heagle, A.S. J. C. Burns, D. S. Fisher, And J. E. Miller. 2002. Effects of carbon dioxide enrichment on leaf chemistry and reproduction by twospotted spider mites (Acari: Tetranychidae) on white clover. Environ. Entomol. 31: 594-601

• Hikmah, Y. 1997. Tingkat parasitasi larva Spodoptera exigua pada musim hujan dan musim kemarau. Skripsi. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian IPB.

• Kalshoven, LGE. 1981. Pests of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru-van Hoeve. Jakarta.

• Schwartz, H.F. dan S.K. Mohan. 1995. Compendium of Onion and Garlic Diseases. APS Press. Minnesota

• Semangun, H. 1989. Penyakit Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

• Tondok, E. 2001. The Causal Agent of Twisting Disease of Shallot. Master Thesis. University of Goettingen, Germany

• Thesis. University of Wisconsin, Madison Webster, R.K. dan D.S. Mikkelsen. 1992. Compendium of Rice Diseases. APS Press. Minnesota

• Wiyono, S. 1997. Succession and Diversity of Shallot Phylloplane Fungi: Its Relation to Purple Blotch Disease. Master Thesis. University of Goettingen, Germany

Selengkapnya...

Lembaga Pertanian (Grup dan Organisasi)

KELEMBAGAAN PERTANIAN

Peningkatan kelembagaanpertanian di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng) dipandangpenting untuk ditingkatkan peran dan fungsinya dalam upaya mendukungkebijakan serta pelaksanaan program pembangunanpertanian di wilayahitu.
Peningkatan kelembagaan pertanian di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng) dipandang penting untuk ditingkatkan peran dan fungsinya dalam upaya mendukung kebijakan serta pelaksanaan program pembangunan pertanian di wilayah itu.
"Kelembagaan pertanian dipandang penting untuk segera ditingkatkan, peran, fungsi dan statusnya dalam rangka peningkatan kinerja aparatur pemerintah," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distantura) Kabupaten Kapuas, Afiadin Husni, di Kuala Kapuas, Jumat.

Hal tersebut dikatakan Afiadin berdasarkan hasil rapat kerja (raker) instansinya dari tanggal 2 - 4 Maret 2009 yang mereview dan mengevaluasi capaian kinerja pembangunan pertanian tahun 2009 serta perumusan dan penetapan langkah-langkah strategis pencapaian sasaran dan program kerja 2010 yang menghasilkan 20 kesepakatan.
Ia mengatakan, kelembagaan pertanian meliputi lembaga penyuluh seperti Balai Penyuluh Pertanian (BPP),kelembagaan petani seperti kelompok tani (Poktan) maupun gabungan kelompok tani (GAPOKTAN), lembaga perbenihan, lembaga teknologi serta aparatur pemerintah seperti aparatur Distantura, PPL Pertanian, mantri tani maupun pelaku usahatani seperti petani, swasta, dan masyarakat.
Untuk perencanaan mendatang yang perlu dilakukan, katanya, yakni peningkatan kualitas aparatur sumber daya penyuluh melalui pendidikan dan pelatihan yang ditunjang pendanaan operasional serta pembinaan penyuluh yang diharapkan sumber pendanaan pembinaan tersebut dari dana APBN dan APBD Kabupaten Kapuas, katanya.
Penyuluh pertanian sebagai mitra petani perlu ditingkatkan pendidikan, pengetahuan, ketrampilan dan potensi serta kinerja, tugas dan fungsi dalam mengelola pembangunan pertanian sehingga tujuan dan sasaran pembangunan pertanian dapat tercapai, berdaya saing, berkelanjutan dan sinergis.
Dalam pembinaan dan penempatan penyuluh pertanian hendaknya memperhatikan kebutuhan nyata di lapangan yang disesuaikan dengan kemampuan potensi diri, tingkat sosial ekonomi, dukungan keluarga dan masyarakat sehingga pelaksanaan tugas rutin maupun tugas lainnya dapat berjalan lancar.
Pada raker tersebut juga menyepakati Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) agar diusulkan perpanjangan kontrak kerja ke Departemen Pertanian berdasarkan rekomendasi Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas.
"Untuk mendukung program peningkatan produksi padi 500 ribu ton pada tahun 2013, maka peran THL TBPP masih sangat diperlukan, maka perlu dipertimbangkan keberlanjutannya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas melalui dana APBN maupun APBD Kabupaten Kapuas," katanya.
Ia juga mengatakan, tim perumus yang terdiri dari Kasubbag Perencanaan Distantura Kapuas Diansyah, KJF Distantura Kapuas Kukuh Basuki, Kasi Tanaman Hias dan Obat-obatan Yaya, Kasi Agribisnis dan Pemasaran Dwi Priyatni, Kasi Pengembangan Produksi Tanaman Pangan Edu serta Kasi Perbenihan Tanaman Pangan Jarwadi menyepakati sasaran peningkatan produksi padi tahun 2009-2013 sebesar 300 ribu ton samapi 500 ribu ton, akan ditempuh melalui empat upaya.

Upaya tersebut yakni penyediaan seperti benih, pupuk, dan alsin secara cukup dan tepat baik jumlah, kualitas, sasaran, tempat, waktu serta menerapkan adopsi teknologi pertanian pola SL-PTT dan pola SRI.
Kemudian meningkatkan luas areal lahan melalui optimasi lahan, pengelolaan lahan dan air, serta meningkatkan pengamanan produksi melalui proteksi tanaman dan pengendalian OPT serta penggantian varietas.
Raker juga menyepakati bahwa pengolahan produk pertanian terbatas hanya pada produk primer belum banyak dan mampu diolah menjadi produk sekunder atau yang berbasis unggulan pasar atau daerah, dan peningkatan nilai tambah.
"Terbatasnya modal petani mengembangkan agroindustri rumah tangga menyebabkan belum berhasilnya petani dan keluarganya memanfaatkan produk dan limbah pertanian sebagai bahan baku sehingga diperlukan peran Poktan, Gapoktan bermitra dengan pengusaha kecil atau menengah dalam menumbuh kembangkan indutsri rumah tangga tersebut," katanya.
Untuk itu peran penyuluh sangat menentukan tumbuh-kembangnya usaha tersebut melalui peningkatan ketrampilan pengolahan produk dan mencari peluang pasar sehingga terjadi peningkatan Peningkatan kelembagaan pertanian di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng) dipandang penting untuk ditingkatkan peran dan fungsinya dalam upaya mendukung kebijakan serta pelaksanaan program pembangunan pertanian di wilayah itu.





KESIMPULAN

Penyuluh pertanian sebagai mitra petani perlu ditingkatkan pendidikan, pengetahuan, ketrampilan dan potensi serta kinerja, tugas dan fungsi dalam mengelola pembangunan pertanian sehingga tujuan dan sasaran pembangunan pertanian dapat tercapai, berdaya saing, berkelanjutan dan sinergis.
Dalam pembinaan dan penempatan penyuluh pertanian hendaknya memperhatikan kebutuhan nyata di lapangan yang disesuaikan dengan kemampuan potensi diri, tingkat sosial ekonomi, dukungan keluarga dan masyarakat sehingga pelaksanaan tugas rutin maupun tugas lainnya dapat berjalan lancar.


















DAFTAR PUSTAKA

http://automotive.id.finroll.com/clubs/21-berita-terkini/31308-peran-kelembagaan-pertanian-perlu-ditingkatkan.html


Selengkapnya...

Stratifikasi Sosia Masyarakat Petani

Pengertian Stratifikasi
Stratifikasi berasal dari kata “strata”, jamak dari stratum artinya lapisan. “stratum-strata-Stratifikasi”. Stratifikasi artinya “sistem pelapisan” yaitu cara menggolong – golongkan sejumlah orang ke dalam suatu susunan atau struktur hirarkis menurut dasar-dasar pelapisan. Definisi yang dikemukakan oleh Max Weber bahwa sistem pelapisansosial (social stratification) adalah cara penggolongan penduduk ke dalam struktur hirarkis menurut dirnensi kekuasaan, privilese dan prestise (Robert M.Z.Lawang, 1986).

Definisi ini bersifat exclusive karena menggunakan istilah “penduduk” yang berarti mereka yang beriempat tinggal dalam suatu wilayah geografis tertentu seperti desa, kecamatan, kabupaten dan sebagainya, intinya adalah desa. Jadi Stratifikasi itu berlaku satu desa, orang dari luar desa tidak masuk ke dalamnya, sehingga dalam suatu organisasi, suatu instansI suatu jamaah dan lain-lain. Stratifikasi itu tidak berlaku. Maka jika di berlakukan secara inclusive, maka istilah “penduduk” harus diganti dengan “warga atau orang-orang”.

Sebab – Sebab Terjadinya
Stratifikasi ini terjadi karena adanya sesuatu yang berharga dalam masyarakat. Sesuatu yang berharga itu jumlahnya terbatas dan terbagi secara tidak merata ada orang yang mendapat bagian banyak, ada yang mendapat bagian sedikit dan ada yang tidak mendapatkannya sama sekali. Yang mendapat bagian banyak menempatkan pemiliknya pada stratum yang tinggi (kelas atas), yang bagiannya sedikit atau yang tidak mendapat bagian sama sekali berada dalam stratum yang rendah (kelas bawah).
Sesuatu yang berharga tersebut antara lain harta, pangkat, jabatan, ilmu, kealiman, kekuatan dan lain-lain. Orang kaya memiliki harta yang banyak, ditempatkan dalam strata yang tinggi sebaliknya orang miskin memiliki harta yang sedikit ditempatkan dalam strata yang rendah, dan begitu untuk dasar-dasar pelapisan yang lain. Kekayaan, kepangkatan, jabatan, kekuasaan, kesalehan, kekuatan dan lain-lain merupakan dasar pelapisan, yang dapat dikategorikan menjadi unsur-unsur ekonomi (harta), politik (kekuasaan), sosial(jabatan) budaya, (ilmu), agama (kesalehan, kesaktian) dan sebagainya.
Sistem pelapisan sosial itu sangat erat kaitannya dengan diri seseorang (bersifat subyektif), artinya setiap orang menyadari akan status dirinya di antara anggota-anggotamasyarakat yang lain. Ada istilah “tidak sadar diri” untuk orang bodoh yang berlagak pintar, atau untuk orang miskin yang berlagak kaya dan sebagainya. Mengapa hal ini terjadi ? Karena status itu bersifat kumulatif : kaya, pintar, alim, penguasa, keturunan dan sejenisnya, sehingga seseorang itu tidakpun kaya mungkin pintar, tidakpun pintar mungkin keturunan bangsawan dan sebagainya sehingga bisa terjadi kasus-kasus tidak sadar diri” tersebut. Kesadaran seseo¬rang akan status dirinya ditandai dengan bagaimana tingkah lakunya di tengah-tengah masyarakatnya.
Dalam pergaulan sehari-hari dapat kita saksikan bagai¬mana tingkah laku murid terhadap gurunya, bagaimana tingkah laku anak terhadap orang tuanya bagaimana tingkah laku bawahan terhadap atasannya dan sebaliknya.

Definisi / pengertian dari status sosial,
kelas sosial, stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya. Berikut di bawah ini adalah jenis-jenis atau macam-macam status sosial serta jenis / macam stratifikasi yang ada dalam masyarakat luas :

A. Macam-Macam / Jenis-Jenis Status Sosial
1. Ascribed Status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.
2. Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.
3. Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usahadan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.

Macam-Macam / Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial
1. Stratifikasi Sosial Tertutup
Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat / bangsawan darah biru.
2. Stratifikasi Sosial Terbuka
Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain.
Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa merubah penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah, kuliah, kursus danmenguasai banyak keterampilan sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan bayaran / penghasilan yang tinggi.

Teori Barrington Moore
Teori yang disampaikan oleh Barrington Moore berusaha menjelaskan pentingnya faktor struktural dibalik sejarah perubahan yang terjadi pada negara-negara maju. Negara-negara maju yang dianalisis oleh Moore adalah negara yang telah berhasil melakukan transformasi dari negara berbasis pertanian menuju negara industri modern. Secara garis besar proses transformasi pada negara-negara maju ini melalui tiga pola, yaitu demokrasi, fasisme dan komunisme.
Demokrasi merupakan suatu bentuk tatanan politik yang dihasilkan oleh revolusi oleh kaum borjuis. Pembangunan ekonomi pada negara dengan tatanan politik demokrasi hanya dilakukan oleh kaum borjuis yang terdiri dari kelas atas dan kaum tuan tanah. Masyarakat petani atau kelas bawah hanya dipandang sebagai kelompok pendukung saja, bahkan seringkali kelompok bawah ini menjadi korban dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara tersebut. Terdapat pula gejala penhancuran kelompok masyarakatbawah melalui revolusi atau perang sipil. Negara yang mengambil jalan demokrasi dalam proses transformasinya adalah Inggris, Perancis dan Amerika Serikat.
Berbeda halnya demokrasi, fasisme dapat berjalan melalui revolusi konserfatif yang dilakukan oleh elit konservatif dan kelas menengah. Koalisi antara kedua kelas ini yang memimpin masyarakat kelas bawah baik di perkotaan maupun perdesaan. Negara yang memilih jalan fasisme menganggap demokrasi atau revolusi oleh kelompok borjuis sebagai gerakan yang rapuh dan mudah dikalahkan. Jepang dan Jerman merupakan contoh dari negara yang mengambil jalan fasisme.
Komunisme lahir melalui revolusi kaun proletar sebagai akibat ketidakpuasan atas usaha eksploitatif yang dilakukan oleh kaum feodal dan borjuis. Perjuangan kelas yang digambarkan oleh Marx merupakan suatu bentuk perkembangan yang akan berakhir pada kemenangan kelas proletar yang selanjutnya akan mwujudkan masyarakat tanpa kelas. Perkembanganmasyarakat oleh Marx digambarkan sebagai bentuk linear yang mengacu kepada hubungan moda produksi. Berawal dari bentuk masyarakat primitif (primitive communism) kemudian berakhir pada masyarakat modern tanpa kelas (scientific communism). Tahap yang harus dilewati antara lain, tahapmasyarakat feodal dan tahap masyarakat borjuis.
Marx menggambarkan bahwa dunia masih pada tahap masyarakat borjuis sehingga untuk mencapai tahap “kesempurnaan” perkembangan perlu dilakukan revolusi oleh kaum proletar. Revolusi ini akan mampu merebut semua faktor produksi dan pada akhirnya mampu menumbangkan kaum borjuis sehingga akan terwujudmasyarakat tanpa kelas. Negara yang menggunakan komunisme dalam proses transformasinya adalah Cina dan Rusia.























KESIMPULAN

Masyarakat ifu berlapis lapis dan tiap pelapisan mempunyai sejumlah anggota. Hampir dapat dipastikan bahwa lapisan sosial paling bawah itu jumlah anggotanya paling banyak dan lapisan paling atas jumlah anggotanya paling sedikit.
Masyarakat yang paling ideal ialah yang lapisan menengahnya jumlah anggotanya paling banyak dengan kualitas kehidupan yang cukup tinggi. Dasar pelapisan yang paling dominan ialah kekayaan dan kecerdasan. Ada hubungan fungsional antara kekayaan dan kecerdasan. Orang-orang kaya relatif lebih mudah mendapatkan kecerdasan sebaliknya orang-orang yang cerdas juga lebih mudah mengakumulasi kekayaan.
Pelapisan sosial itu bersifat subyektif artinya tiap individu menyadari akan kedudukan sosialnya. Pelapisan sosial juga merupakan syarat bagi masyarakat yang hidup teratur, karena ada yang dimalui, dipatuhi dan ditakuti. Karena itu pelapisan sosial perlu dibentuk sekalipun didalam masyarakat sudah terdapat struktur.
Orang-orang dari lapisan sosial tinggi cenderung mempergunakan simbul-simbul pelapisan yang dapat membuka peluang bisnis bagi para pelaku ekonomi. Untuk melakukan perpindahan status (mobilitas sosial) dilakukan dengan mempergunakan channel (saluran), dan saluran yang paling efektif untuk melakukan mobilitas sosialtersebut ialah lembaga pendidikan.













DAFTAR PUSTAKA

http://74.125.153.132/search?q=cache:QyRivXm31J0J:learning-of.slametwidodo.com/2008/02/01/proses-proses-perubahan-sosial-perubahan-stratifikasi-dan-struktur-sosial/+stratifikasi+sosial+masyarakat+petani&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id



Selengkapnya...